TIPE-TIPE
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
Proses
“ Complex Decision Making “
Terjadi
bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi.
Contoh pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik seperti Mavica
atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara
aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan
beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan
resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya
tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah
sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian
informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
2.
Proses
“ Brand Loyalty “
Ketika
pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek
yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike
atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah
penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam
olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi.
Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian
informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam
konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
3.
Proses “ Limited Decision Making “
Konsumen
kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan
kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu
dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan
terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan
evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses
pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi
ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya
dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah,
konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain
sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.
4.
Proses
“ Inertia “
Tingkat
kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan.
Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada
merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk
mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan
pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan
kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang
melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek
tersebut” .
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian,
seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan
keputusan, yakni:
1.
Pengenalan masalah (problem
recognition). Konsumen akan membeli suatu produk
sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya
pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang
akan dibeli.
2.
Pencarian informasi (information
source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan
termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat
berasal dari dalam memori (internal) dan
berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3.
Mengevaluasi alternatif (alternative
evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen
akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapinya.
4.
Keputusan pembelian (purchase
decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang
ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang
dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian
yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu
dipertimbangkan.
5.
Evaluasi pasca-pembelian (post-purchase
evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya
berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah
membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah
produk tersebut sesuai dengan harapannya.
Dalam hal ini,
terjadi kepuasandan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan
puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan
meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada
masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk
tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan
konsumen pada masa depan.
Terdapat 5 faktor internal
yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1.
Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam
diri manusia untuk
mencapai tujuan tertentu.
mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception)
merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau
kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap
rangsangan tersebut.
kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap
rangsangan tersebut.
3.
Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian
yang ada dalam diri
seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.
Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan
tindakan.Integrasi
merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang
untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak
membeli produk tersebut.
merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang
untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak
membeli produk tersebut.
5.
Pembelajaran (learning) merupakan proses belajar yang
dilakukan seseorang setelah
membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan
akan dijadikan sebagai alternatif dalam pembelian selanjutnya
membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan
akan dijadikan sebagai alternatif dalam pembelian selanjutnya
PEMBELIAN
Struktur keputusan membeli penting,karena sesudah menetukan
kebutuhan dan mempunyai keinginan akan produk tertentu, konsumen diharapkan
untuk memunculkan keputusan untuk membeli. Ada tujuh struktur keputusan membeli
yang mempengaruhi konsumen
1. Keputusan tentang jenis
produk
Konsumen dapat memutuskan
untuk membelanjakan uangnya untuk membeli produk X atau tujuan lain selain
melakukan pembelian. Para pemasar harus memusatkan perhatian pada konsumen yang
diharapkan memutuskan untuk untuk membeli produk X dari alternatif lain yang
mereka pertimbangkan uangnya untuk membeli komputer atau keperluan lain (membeli
kamera, pakaian, dan buku)
2. Keputusan tentang jenis
produk
Konsumen memutuskan untuk
membeli produk X dengan bentuk tertentu (ukuran, mutu, corak,dan sebagainya).
Perusahaan harus menggunakan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen
(untuk memaksimumkan daya tarik merk produk X, misalnya mahasiswa tersebut
menentukan karakteristik dari komputer yang diinginkan yaitu laptop, Pentium
120, kemampuan memproses cepat, fasilitas lengkap (baterai, CD drive, mouse)
3. Keputusan tentang merek
Konsumen memutuskan merk
yang akan diambil. Perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih
sebuah merk. Misalnya berdasarkan informasi yang dihimpun, mahasiswa tersebut
memilih untuk mendapatkan komputer merk acer.
4. Keputusan tentang penjualan
Konsumen memutuskan dimana
akan membeli (toko serba ada, elektronik, toko khusus dan lain-lain, perusahaan
( termasuk pedagang besar, pengecer) Harus mengetahui bagaimana konsumen
memilih penjual tertentu. Misalnya mahasiswa tersebut mempunyai pilihan membeli
di toko elektronik, toko khusus komputer atau agen tertentu. Disamping
pertimbangan harga, ia mempertimbangkan pula layanan yang didapat baik pada
waktu membeli layanan purna jual.
5. Keputusan tentang jumlah
produk
Konsumen memutuskan jumlah
produk yang akan dibeli. Perusahaan harus mempertimbangkan banyaknya produk
tersedia untuk konsumen sesuai keinginan konsumen yang berbeda-beda.
6. Keputusan tentang waktu
pembelian
Konsumen memutuskan kapan
harus membeli (kapan uang/kesempatan tersedia). Perusahaan harus mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi konsumen dalam penentuan waktu pembelian, yang juga
mempengaruhi perusahaan dalam mengatur waktu produksi, pemesanan, periklanan
dan sebagainya.
7. Keputusan tentang cara
pembayaran
Konsumen memutuskan mode pembelanjaan
yang disukainya, perusahaan harus mengetahui hal ini yang akan mempengaruhi
dalam penawaran pembayaran (discount untuk tunai, kemudahan kredit, bunga
rendah, dan lain-lain).
Proses pembentukan perilaku konsumen
Perilaku konsumen dilakukan
berdasarkan suatu proses sebelum dan sesudah seorang konsumen melakukan proses
pembelian suatu barang maupun jasa. Dalam perilaku konsumen tersebut, seorang
pembeli akan melakukan penilaian yang kemudian pada akhirnya akan mempengaruhi
proses pengambilan keputusannya atas pembelian barang atau jasa tersebut.
Berikut beberapa tahapan pengambilan keputusan seorang konsumen :
1.
Pengenalan Masalah.
Biasanya
seorang konsumen melakukan pembelian atas dasar kebutuhan atau untuk
menyelesaikan keperluan, masalah dan kepentingan yang dihadapi. Jika tidak ada
pengenalan masalah terlebih dahulu, maka konsumen juga tidak akan tahu produk
mana yang harus dibeli.
2.
Pencarian Informasi.
Setelah
mengetahui permasalahan yang dialami, maka pada saat itu seorang konsumen akan
aktif mencari tahu tentang bagaimana cara penyelesaian masalahnya tersebut.
Dalam mencari sumber atau informasi, seseorang dapat melakukannya dari diri
sendiri (internal) maupun dari orang lain (eksternal) seperti masukan, sharingpengalaman,
dan lain sebagainya.
3.
Mengevaluasi Alternatif.
Setelah
konsumen mendapatkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan, maka hal selanjutnya yang dilakukan oleh konsumen tersebut adalah
mengevaluasi segala alternatif keputusan maupun informasi yang diperoleh.
Hal itu lah yang menjadi landasan dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi.
4.
Keputusan Pembelian.
Proses
selanjutnya setelah melakukan evaluasi pada alternatif-alternatif keputusan
yang ada adalah konsumen tersebut akan melalui proses yang disebut dengan
keputusan pembelian. Waktu yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan
ini tidak sama, yaitu tergantung dari hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
proses pembelian atau pengambilan keputusan tersebut.
5.
Evaluasi Pasca-Pembelian.
Proses
lanjutan yang biasanya dilakukan seorang konsumen setelah melakukan proses dan
keputusan pembelian adalah mengevaluasi pembeliannya tersebut. Evaluasi yang
dilakukan mencakup pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apakah barang
tersebut sudah sesuai dengan harapan, sudah tepat guna, tidak mengecewakan, dan
lain sebagainya. Hal ini akan menimbulkan sikap kepuasan dan ketidakpuasan
barang oleh konsumen, mengecewakan dan tidak mengecewakan. Hal tersebut akan
berdampak pada pengulangan pembelian barang atau tidak. Jika barang memuaskan
dan tidak mengecewakan, maka konsumen akan mengingat merk produk tersebut
sehingga akan terjadi pengulangan pembelian di masa mendatang. Namun jika
barang tidak memuasakan dan mengecewakan, maka konsumen juga akan mengingat
merk barang tersebut dengan tujuan agar tidak mengulang kembali membeli barang
tersebut di masa yang akan datang.
Mengenali Masalah Konsumen
Sebagai
produsen atau penjual barang dan jasa, maka Anda perlu mengetahui cara-cara
mengenali masalah konsumen. Hal ini diperlukan agar masalah yang dialami oleh
konsumen tersebut dapat Anda ubah menjadi sebuah peluang. Jika Anda dapat
memperbaiki kekurangan penjualan atau mengetahui hal apa yang sering menjadi
masalah konsumen, maka hal tersebut akan menjadi perbaikan bagi penjualan dan
bisnis Anda. Berikut terdapat beberapa tips agar Anda dapat mengenali masalah
konsumen :
a.
Jadilah Pelanggan
Anda
harus melihat sisi dari seorang pelanggan, tidak selalu menjadi sisi seorang
penjual. Misalkan Anda pergi ke pusat perbelanjaan, tentu secara otomatis Anda
harus menempatkan diri sebagai konsumen. Nah, hal apa saja yang Anda temui di
pusat perbelanjaan tersebut yang Anda anggap merupakan suatu kekurangan.
Misalnya tentang pelayanan pegawai yang kurang tanggap atau kurang ramah,
ketersediaan produk, kualitas produk, dan lain sebagainya. Dari situ Anda akan
dapat mengetahui dan belajar tentang masalah-masalah yang sering dialami oleh
konsumen.
b.
Amati Sekeliling Konsumen dan
Kompetitor
Hal
lain yang dapat Anda lakukan adalah mengamati lingkungan dan keadaan di
sekeliling konsumen maupun kompetitor bisnis Anda. Dengan mengamati bisnis yang
hampir mirip atau serupa dengan bisnis Anda, maka Anda dapat melihat
kekurangan-kekurangan yang mungkin dapat terjadi pada sektor bisnis tersebut.
Sehingga Anda dapat dengan cepat melakukan tindakan pencegahan maupun perbaikan
pada bisnis Anda.
c.
Menambah Kenalan dan Membuka
Pemikiran
Menambah
kenalan dan jaringan pertemanan adalah hal yang sangat positif bagi Anda dan
bisnis Anda. Selain menambah relasi, partner kerja, juga dapat menambah networkingatau jaringan bagi
bisnis Anda. Dalam memulai perkenalan yang baru, usahakan untuk tidak
mengatakan hal-hal yang negatif seperti menyinggung perasaan lawan bicara,
berbicara sombong dan egois, mengatakan hal-hal yang menyangkut SARA, dan lain
sebagainya. Pembicaraan dalam perkenalan baru hendaknya memiliki hal-hal yang
positif seperti kalimat-kalimat yang mendukung dan tidak merendahkan lawan bicara.
d.
Bertanya Langsung Masalah yang
Dihadapi oleh Pelanggan
Tidak
ada salahnya bertanya kepada pelanggan lain tentang pandangannya mengenai
bisnis Anda. Anda dapat memulai sebuah perkenalan dengan pelanggan yang lainnya
dengan cara menanyakan hal-hal yang ringan terlebih dahulu, seperti sapaan,
kalimat basa-basi, dan lain sebagainya. Kemudian Anda juga dapat meminta
masukan atau pendapat mengenai bisnis yang Anda jalankan, sehingga Anda dapat
mengetahui apa saja keluhan atau masalah yang sering dialami oleh para
konsumen.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMECAHAN MASALAH
Konsumen menggunakan pemecahan masalah yang terbatas ketika mereka
melakukan sedikit usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini sering
dilakukan oleh konsumen ketika membeli suatu produk yang telah mereka gunakan
sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jangkauan pemecahan masalah :
–>Alternatif-alternatif dibedakan dengan cara yang relevan, misalnya
pembelian rumah,alternatif pemilihan adalah lingkungan rumah (bersih, tidak
banjir, dekat kota atau mudah transportasi), bahan baku, harga (cicilan rendah
dan lama).
–>Tersedia waktu yang memadai untuk pertimbangan yang mendalam untuk
membeli produk.
–>Terdapat tingkat keterlibatan (relevansi pribadi) yang tinggi yang
menyertai pembelian.
PEMBELIAN
Menurut
(Engel,2000) pada tahap pembelian, konsumen memperoleh alternatif
yang dipilih atau pengganti yang dapat
diterima bila perlu. Evaluasi yang telah
dilakukan membawa konsumen untuk melakukan
pembelian. Jika ia mengalami kegagalan
untuk melakukan pembelian produk/ jasa yang
diinginkannya (alternatif yang dipilih), konsumen melakukan
pembelian ke alternatif lain atau alternatif pengganti yang masih dapat
diterima.
Nilai pembelian konsumen memiliki dua katagori, yaitu :
Nilai pembelian konsumen memiliki dua katagori, yaitu :
·
Produk maupun
merek, dikenal sebagai pembelian yang terencana
sepenuhnya, dimana pembelian yang terjadi
merupakan hasil keterlibatan yang tinggi dan pemecah masalah yang
diperluas.
·
Kelas poduk, dapat dipandang sebagai
pembelian yang terencana, jika pilihan merek dibuat ditempat pembelian.
Menurut
(Kotler,2002) ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian.
Faktor pertama adalah pendirian orang lain.
Sejauh mana pendirian orang lain mempengaruhi alternatif yang disukai
seseorang. Faktor yang kedua situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul
dan mengubah niat pembelian.
DIAGNOSA
PERILAKU KONSUMEN
Pemahaman
akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,yaitu :
·
Untuk merancang sebuah strategi pemasaran
yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan
diskon untuk menarik pembeli.
·
Perilaku konsumen dapat membantu pembuat
keputusan membuat kebijakan publik.
Misalnya
dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat
lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari
raya tersebut.
- Pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen.
- Pemasaran sosial, yaitu penyebaran ide di antara konsumen.
Dengan
memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan
ide dengan lebih cepat dan efektif.
Teori Lain Tentang Pengambilan
Keputusan
·
Tingkat keterlibatan konsumen
Kita
dapat mendefinisikan keterlibatan konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan dan
pemrosesan aktif yang dilakukan konsumen dalam merespon rangsangan pemasaran.
·
Model Kemungkinan Elaborasi Richard Petty
dan John Cacioppo
Model
yang banyak dipakai mengenai formasi dan perubahan sikap, menggambarkan
bagaimana konsumen membuat penilaian, baik dalam keadaan keterlibatan rendah,
maupun tinggi.
·
Strategi Pemasaran Keterlibatan Rendah
Banyak
produk dibeli dalam kondisi keterlibatan rendah dan ketiadaan merek yang
signifikan.
·
Perilaku Pembeli Pencari Keragaman
Beberapa
situasi pembelian ditentukan karakternya dengan keterlibatan rendah tetapi
perbedaan mereknya signifikan. Di sini konsumen sering melakukan banyak
peralihan merek.
Heuristik
dan bias keputusan
·
Heuristik Ketersediaan
Konsumen
mendasarkan prediksi mereka berdasarkan kecepatan dan kemudahan dimana satu
contoh hasil tertentu muncul dipikiran mereka.
·
Heuristik Representatif
Konsumen
mendasarkan prediksi mereka atas se-representatif atau semirip apa suatu hasil
dengan contoh lain.
·
Heuristik Penjangkaran atau Penyesuaian
Konsumen
sampai pada penilaian awal dan kemudian menyesuaikannya berdasarkan informasi
tambahan.
Tipe-tipe situasi konsumen
A. Situasi
Komunikasi
Situasi
Komunikasi adalah suasana atau lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi
atau melakukan komunikasi. Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui :
·
Komunikasi Lisan dengan teman, kerabat, tenaga
penjual, atau wiraniaga.
·
Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio,
internet, koran, majalah, poster, billboard, brosur, leaflet dsb
·
Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promos
penjualan, pengumuman di rak dan di depan toko
B. Situasi
Pembelian
Situasi
Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika
membeli produk dan jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian Misal:
Ketika Konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng
Coke berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di
swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat
sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan menunda pembelian Coke dan
mencari di tempat lain
C. Situasi
Pemakaian
Situasi
Pemakaian disebut juga situasi penggunaan produk dan jasa merupakan situasi
atau suasana ketika konsumsi terjadi. Konsumen seringkali memilih suatu produk
karena pertimbangan dari situasi konsumsi. Misal: Konsumen Muslim sering
memakai kopiah dan pakaian takwa pada saat sholat atau pada acara keagamaan.
Kebaya akan dipakai kaum wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya,
dan jarang digunakan untuk pergi bekerja Para Produsen sering menggunakan
konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan
sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada
pakaian resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja, pakaian
untuk santai dan berolahraga.
Berikut
ini adalah 5 karakteristik situasi pembelian :
a) Lingkungan
Fisik
Sarana
fisik yang menggambarkan situasi konsumen yang meliputi: lokasi, dekorasi,
aroma, cahaya, cuaca dan objek fisik lainnya yang ada di sekeliling konsumen
b) Lingkungan
Sosial
Kehadiran
dan ketidakhadiran orang lain pada situasi tersebut.
c) Waktu
Waktu atau saat perilaku muncul (jam, hari, musim libur, bulan puasa, tahun baru). Waktu mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi konsumen, misal kapan terakhir kali membeli biskuit. Arti kapan terakhir kali akan berbeda antar konsumen.
Waktu atau saat perilaku muncul (jam, hari, musim libur, bulan puasa, tahun baru). Waktu mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi konsumen, misal kapan terakhir kali membeli biskuit. Arti kapan terakhir kali akan berbeda antar konsumen.
d) Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada suatu situasi. Konsumen yang belanja untuk hadiah akan menghadapi situasi berbeda dibandingkan belanja untuk kebutuhan sendiri.
Tujuan yang ingin dicapai pada suatu situasi. Konsumen yang belanja untuk hadiah akan menghadapi situasi berbeda dibandingkan belanja untuk kebutuhan sendiri.
e) Suasana
Hati
Suasana
hati atau kondisi jiwa sesaat (misalnya perasaan khawatir, tergesagesa, sedih,
marah) yang dibawa pada suatu situasi.
Interaksi individu dengan situasi
Situasi pembelian mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap keputusan pembelian konsumen dengan gaya hidup believer. Hal ini
menunjukkan bahwa situasi pembelian mampu menghadirkan keinginan konsumen
untuk membeli karena situasi ini bisa menjadi stimulus terhadap keputusan
konsumen untuk membeli. Gaya hidup pembelian juga mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap keputusan pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan
gaya hidup believer ternyata juga mengikuti mode-mode pakaian khususnya
misalnya celana jeans sehingga gaya hidup mereka berpengaruh terhadap
keputusan pembelian yang dilakukan. Situasi pembelian dan gaya hidup
terhadap mode bagi konsumen dengan gaya hidup believer ternyata cukup
tinggi mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dengan pengaruhnya
sebesar 68%.
Pengaruh situasi tak terduga
Memahami perilaku membeli dalam situasi yang tak
terduga. Bagaimana seseorang mengerti akan potensi dari pengaruh situasi
yang tak terduga yang dapat merusak keakuratan ramalan yang didasarkan pada
maksud pembelian, yang tadinya ia tidak mau membeli barang tapi karena susatu
hal jadi membeli barang tersebut.
Contoh : saat jalan ke pusat perbelanjaan, ibu
terlihatt ingin membeli baju baru padahal awalnya mereka ke pusat perbelanjaan
hanya untuk belanja bulanan
Situasi tidak terduga dapat menjadi
pemicu seseorang untuk membeli suatu barang. Misalnya mahasiswi yang akan
mengikuti ujian dan lupa membawa bolpoin dan pensil, maka secara otomatis dia
akan membeli dulu bolpoin dan pensil sebelum mengikuti ujian tersebut.
MARKETING
STRATEGY AND PROBLEM RECOGNITION
manajer pemasaran memiliki empat hal yang harus diketahui terkait dengan pengenalan masalah. Pertama, mereka perlu mengetahui masalah konsumen menghadapi. Kedua, mereka harus tahu
bagaimana mengembangkan
bauran pemasaran untuk memecahkan masalah Konsumen. Ketiga, manajer kadang-kadang ingin membuat konsumen mengenali masalah, yang terakhir, ada
saat-saat ketika mereka memutuskan untuk menekan pengenalan masalah antara
konsumen.
DISCOVERING CONSUMER PROBLEM
Ada
berbagai macam pendekatan yang digunakan untuk menentukan masalah yang dihadapi
konsumen, pendekatan yang paling umum dan terpercaya adalah Intuisi; yaitu,
seorang manajer dapat menganalisis sebuah kategori produk yang diberikan dan
secara logis menentukan dimana perbaikan dapat dibuat. Kesulitan dalam metode
ini adalah masalah yang diindentifikasi mungkin mempunyai kepentingan yang
rendah terhadap kebanyakan konsumen. Untuk itu ada beberapa teknik penelitian
yang digunakan.
Teknik
penelitian yang umum digunakan adalah survey, yang meminta jumlah individu yang
relatif banyak tentang masalah yang mereka hadapi. Teknik umum yang kedua
adalah kelompok fokus. Kelompok fokus terdiri dari 8 sampai 12 individu yang memiliki
kesamaan. Kedua survei dan kelompok fokus cenderung untuk mengambil salah satu
dari tiga pendekatan untuk masalah identifikasi : analisis aktivitas, analisis
produk, atau analisis masalah. Pendekatan keempat, manusia faktor penelitian,
tidak bergantung pada survei atau kelompok fokus. Penelitian emosi, upaya
kelima, mencoba untuk menemukan emosi peran bermain dalam pengakuan masalah
·
Analisis
Aktivitas
Berfokus pada kegiatan tertentu, seperti menyiapkan makan
malam, menata rumput, atau berenang. Kelompok survey atau fokus mencoba untuk
mentukan masalah apa yang konsumen hadapi selama kinerja dalam aktivitas.
·
Analisis
Produk
Analisis produk mirip dengan analisis aktivitas tetapi
mengkaji pembelian atau menggunakan suatu produk atau merek tertentu. Dengan
demikian, konsumen dapat bertanya tentang masalah terkait dengan menggunakan
sepeda gunung atau komputer laptop.
·
Analisis
Masalah
Analisis masalah mengambil pendekatan yang berlawanan
dari teknik yang sebelumnya. Dimulai dengan masalah dan meminta responden untuk
menunjukkan kegiatan, produk, atau merek yang terkait dengan (atau mungkin bisa
menghilangkan) masalah tersebut.
·
Penelitian
berdasarkan Faktor Manusia
Upaya penelitian untuk menentukan kemampuan manusia di
bidang-bidang seperti visi, kekuatan, waktu respon, fleksibilitas, dan
kelelahan dan efeknya adalah pencahayaan, temperatur dan suara.
Dalam penelitian ini banyak metode yang dapat digunakan
dalam penelitian ini, seperti pengamatan slowmotion dan time-lapse fotografi,
perekaman video, dan bahkan perekam pun sangat berguna.
·
Penelitian
Emosi
Pemasar (Marketer) semakin meningkatkan penelitian
tentang peran emosi dalam pengenalan masalah dan resolusi. Pendekatan umumnya
adalah focus group dan wawancara
pribadi yang meneliti emosi yang terkait dengan masalah-masalah tertentu. Namun
survey juga bisa digunakan.
RESPONDING
TO CONSUMER PROBLEMS
Setelah masalah konsumen teridentifikasi, manajer dapat
menyusun bauran pemasaran untuk memecahkan masalah. Hal ini dapat melibatkan
pengembangan produk baru atau mengubah yang sudah ada. Meodifikasi saluran
distribusi, mengubah kebijakan harga, atau merevisi strategi iklan.
HELPING CONSUMERS RECOGNIZE PROBLEM
Ada saat-saat
ketika manager ingin menimbulkan pengenalan masalah daripada bereaksi
Dalam contoh ,
Timberlane dihadapi harus mengaktifkan pengenalan masalah untuk menjual
produknya sebagai fireplace starter. Toy
Marketer berusaha untuk mengurangi ketergantungan mereka pada musim Natal
dengan mengaktifkan pengakuan masalah pada lain waktu. Misalnya, Fisher-Price
telah memiliki "Rainy Day"
dan "Sunny Day" promosi di semi
dan musim panas.
·
Generic
versus Selective Problem Recognition
Dua pendekatan dasar untuk menyebabkan masalah adalah generic problem recognition dan Selective problem recognition. Ini adalah
analogi ke konsep ekonomi dari generic dan
selective demand. Generic
Problem Recognition melibatkan
ketidaksesuaian dari berbagai merek dalam kategori produk yang bisa dikurangi. Secara
umum suatu perusahaan akan berusaha untuk mempengaruhi masalah generik.
Pengenalan masalah ketika masalah itu laten atau kepentingannya rendah. Dan satu
dari following condition ada :
•
Ini
adalah awal siklus hidup produk.
•
Perusahaan
memiliki persentase yang tinggi dari pasar.
•
pencarian
eksternal setelah pengakuan masalah adalah cenderung terbatas.
•
Ini
merupakan upaya kooperatif industrywide.
Selective Problem Recognition melibatkan ketidaksesuaian yang hanya satu brand dapat
memecahkan.
·
Approaches
to Activating Problem Recognition
Bagaimana bisa perusahaan mempengaruhi pengenalan masalah
?
Ingatlah bahwa pengenalan masalah adalah fungsi dari (1)
penting dan (2) besarnya dari perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan
keadaan yang ada. Dengan demikian, perusahaan dapat mencoba untuk mempengaruhi
ukuran perbedaan tersebut dengan mengubah keadaan yang diinginkan atau persepsi
dari keadaan yang ada, atau perusahaan dapat berusaha untuk mempengaruhi
presepsi pentingnya sebuah perbedaan yang ada. Banyak upaya pemasaran mencoba
untuk mempengaruhi yang keadaan yang diinginkan; yaitu, pemasar sering
mengiklankan manfaat dari produk yang mereka akan berikan, berharap bahwa
manfaat ini akan menjadi yang diinginkan oleh konsumen. Hal ini juga
memungkinkan untuk mempengaruhi persepsi keadaan yang ada melalui iklan. banyak
pribadi peduli dan produk sosial mengambil pendekatan ini. "Bahkan teman
terbaik Anda tidak akan memberitahu Anda. . . "Atau" Kim adalah
seorang pekerja yang baik tapi kopi ini. . . "Adalah contoh pesan yang
dirancang untuk menghasilkan kekhawatiran tentang keadaan yang ada. Keadaan yang
diinginkan diasumsikan nafas segar dan kopi yang baik. Pesan ini dirancang
untuk menyebabkan individu untuk mempertanyakan apakah negara mereka yang ada
bertepatan dengan keadaan ini yang diinginkan.
·
The
Time of Problem Recognition
Konsumen sering mengenali masalah di waktu ketika
pembelian suatu solusi yang rumit atau mustahil, seperti contoh berikut:
-
Kita
putuskan membutuhkan rantai salju ketika kita terjebak badai salju
-
Kita
menjadi sadar akan kebutuhan asuransi setelah terjadi kecelakaan
Dalam beberapa kasus, Para marketers berusaha untuk membantu konsumen menyelesaikan masalah
tersebut. Sebagai contoh, beberapa pharmacies
akan melakukan pengiriman kerumah. Namun, strategi yang lebih umum adalah
untuk memicu pengakuan masalah sebelum masalah yang sebenarnya.
SUPPRESSING PROBLEM RECOGNITION
Sebagaimana telah kita ketahui, persaingan, organisasi
konsumen, dan lembaga pemerintahan terkadang memperkenalkan informasi dalam
pasar yang memicu pengakuan masalah yang marketers
tertentu akan lebih memilih untuk menghindari. Terlihat jelas marketers tidak ingin konsumen mereka
mengetahui masalah pada brand mereka. Menjaga kualitas yang efektif dan
distribusi (limited out-of-stock
situations) sangatlah penting.
DOWNLOAD PPT DISINI
Sumber
Hawkins, Mothersbaugh, Best, 2010,
Consumer Behavior : Building Marketing Strategy,. McGraw-Hill, New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar